Charta Politika: Ganjar Pranowo Unggul Survei Pilpres di Lampung dan Jawa Timur

LEMBAGA survei Charta Politika menyebut bahwa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungguli Prabowo Subianto hingga Anies Baswedan di Lampung dan Jawa Timur.

Hasil survey keluar usai Charta Politika melakukan riset Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat di tiga provinsi, yaitu Lampung, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Hasilnya, Ganjar memimpin dalam 10 nama calon Presiden RI.

Adapun wawancara dilakukan kepada responden Lampung mulai 27 Januari-2 Februari 2022, sementara untuk Jawa Timur dan Jawa Barat di 3-9 Februari 2022.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya mengemukakan para responden diberi pertanyaan, seperti ‘Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih sebagai Presiden di antara nama-nama berikut ini?’.

Maka, Ganjar pun melesat jauh di atas Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

“Pada simulasi 10 nama calon Presiden, Ganjar Pranowo 24.9 persen mendapatkan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur, sedangkan di urutan kedua ada Prabowo Subianto 16.4 persen, sementara sebanyak 15.1 persen masyarakat memilih Anies Baswedan,” tutur Yunarto.

Hal serupa juga terjadi di Lampung, nama Ganjar memimpin sebagai calon presiden RI pilihan masyarakat.

Elektabilitas Ganjar mencapai 27,1 persen, sementara Prabowo Subianto 26,8 persen di urutan kedua dan Anies Baswedan 19,1 persen pada urutan ketiga.

“Namun di Jawa Barat, Ganjar Pranowo memperoleh 12 persen. Artinya mampu menyaingi tiga kandidat lain seperti Prabowo Subianto 24.0 persen, Ridwan Kamil 20.9 persen, lalu Anies Baswedan 18 persen,” ungkapnya.

Sekadar informasi, Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat menggunakan metode multistage random sampling pada tingkat kepercayaan 95 persen secara tatap muka melalui kuisioner terstruktur yang digelar di tiga provinsi, Jawa Timur, Lampung, dan Jawa Barat.

Jumlah sampel di Jawa Timur sebanyak 1.210 Responden, Lampung 800 responden, dan Jawa Barat 1.200 responden. Sementara, margin of error di Jawa Timur kurang lebih 2.82 persen, Lampung kurang lebih 3.46 persen, dan Jawa Barat 2.83 persen. (Ant/OL-13)

 

(Ant/OL-13)
Sumber foto: MI/M Irfan
Sumber : mediaindonesia.com

Survei Charta Politika: PDI-P Masih Unggul di Jatim dan Lampung, Gerindra di Jabar

JAKARTA, KOMPAS.com – Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) masih unggul di Provinsi Jawa Timur dan Lampung berdasarkan hasil survei terbaru Charta Politika Indonesia. Sementara itu Partai Gerindra tetap meraja di Provinsi Jawa Barat.

Charta Politika melakukan “Survei Preferensi Sosial dan Politik Masyarakat Tahun 2022” di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung yang dirilis pada Rabu (16/3/2022). Salah satunya terkait dengan elektabilitas partai politik.

Survei ini dilakukan di Provinsi Lampung pada 27 Januari-2 Februari 2020. Sementara di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur, survei digelar pada 3-9 Februari 2022.

Survei melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan protokol kesehatan yang ketat.

Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95%.

Margin of error untuk survei di Jawa Timur sebesar +/- 2.82%. Lalu di Lampung +/- 3.46%, dan di Jawa Barat +/- 2.83%.

Pada Pileg 2019, partai politik pemenang pemilu di Lampung adalah PDI-P. Kemudian disusul oleh Partai Demokrat dan Golkar.

Namun berdasarkan survei Charta Politika ini, Demokrat kini turun cukup signifikan di Lampung. Demokrat kini berada di posisi ke-4 pilihan responden, dikalahkan oleh Partai Gerindra dan Partai Golkar.

Sementara itu, partai yang unggul di Jawa Timur masih sama dengan hasil Pileg 2019 untuk posisi pertama hingga ketiga. PDI-P berada di urutan teratas, lalu disusul PKB dan Gerindra.

PDI-P bisa mempertahankan menjadi partai paling unggul di Jatim, setelah berhasil mengalahkan PKB yang menjadi pemenang di Pemilu 2014.

Sama seperti Jatim, urutan elektabilitas parpol di Jawa Barat belum berubah. Gerindra tetap mendapat suara terbanyak, lalu di posisi kedua dan ketiga adalah PDI-P dan PKS.

Berikut rincian hasil survei elektabilitas partai politik:

Lampung
PDI-P: 29,8%
Gerindra: 16,6%
Golkar: 10,3%
Demokrat: 4,5%
PKS: 4,5%
PKB: 4,1%
NasDem: 2,9%
PAN: 1%
PPP: 1%
Perindo: 0,6%
Hanura: 0,4%
PKPI: 0,1%
Garuda: 0,1%
TT/TJ: 24,1%

Jawa Timur
PDI-P: 28,5%
PKB: 25%
Gerindra: 9,8%
Golkar: 5%
Demokrat: 3,4%
PPP: 3,2%
NasDem: 2,7%
PAN: 2,1%
PKS: 0,8%
PBB: 0,3%
PKPI: 0,1%
Hanura: 0,1%
TT/TJ: 18,8%

Jawa Barat
Gerindra: 21,3%
PDI-P: 18,2%
PKS: 9,1%
Golkar: 9%
PKB: 6,2%
Demokrat: 4,3%
NasDem: 2,7%
PPP: 2,1%
PAN: 1,7%
Perindo: 1%
Hanura: 0,7%
Garuda: 0,7%
PBB: 0,4%
Gelora: 0,3%
PSI: 0,2%
Partai Ummat: 0,1%
Berkarya: 0,1%
TT/TJ: 22,1%

 

Penulis : Elza Astari Retaduari
Editor : Elza Astari Retaduari
Sumber : Kompas.com
Foto : KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO

 

Cak Imin-Zulhas Dinilai Tak Punya Alasan Kuat Usul Perpanjang Jabatan Jokowi

Jakarta – Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai usulan perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum memiliki alasan yang kuat. Yunarto mengutarakan sejumlah catatan kritis terkait usulan tersebut.
Yunarto menyoroti alasan di balik usulan Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Ketum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) terkait perpanjangan masa jabatan presiden yang berbeda. Dia lantas mempertanyakan bagaimana alasan yang masih berbeda-beda itu justru digunakan untuk membuka satu kotak pandora: pembatasan masa kekuasaan yang dijamin konstitusi.

“Belum ada alasan yang kuat di antara ketum ini, kesatuan alasan untuk kemudian membuka kotak pandora bernama pembatasan masa kekuasaan, yang sangat esensial dalam demokrasi,” kata Yunarto Wijaya kepada wartawan, Jumat (25/2/2022).

“Bayangkan, sederhana saja, Zulhas dan Cak Imin sudah menggunakan alasan yang berbeda. Satu perang Ukraina dengan Rusia, lalu yang satu lebih menekankan terkait pandemi. Lalu bagaimana mungkin alasan yang juga masih berbeda-beda digunakan untuk sesuatu yang paling esensial dari demokrasi, yaitu pembatasan masa kekuasaan dan harus mengamandemen konstitusi,” lanjutnya.

Seperti diketahui, aspirasi perpanjangan masa jabatan presiden kembali mencuat setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin memberi usul agar Pemilu 2024 ditunda 1-2 tahun. Alasannya, Pemilu 2024 berpotensi mengganggu momentum perbaikan ekonomi Indonesia.

Lulusan S2 manajemen Universitas Indonesia itu heran terhadap alasan pemulihan ekonomi tersebut. Dia menyebut semua negara di dunia pun tengah berjuang memulihkan ekonominya, tetapi tak ada yang melakukan perpanjangan kekuasaan.

Menurutnya, penundaan pemilu setidaknya lantaran permasalahan teknis yang diundur hanya hitungan bulan, bukan untuk memperpanjang masa jabatan kekuasaan.

“Pertanyaan yang harus ditanya juga adalah, ketika alasan pandemi yang digunakan, misalnya, atau pemulihan ekonomi yang masih berjalan pada masa pandemi, negara lain kan di dunia juga mengalami ini. Semua negara mengalami situasi pandemi dan juga sedang melakukan proses pemulihan ekonomi, tapi tidak ada satu pun negara yang setahu saya melakukan perpanjangan kekuasaan,” katanya.

“Penundaan pemilu hanya dilakukan dalam hitungan teknis. Hitungan bulan, tanggal, tapi bukan dalam konteks perpanjangan kekuasaan,” imbuhnya.

Dia menyebut berbagai hasil survei menunjukkan mayoritas responden memilih menolak penundaan pemilu. Lantas, dia mempertanyakan suara siapa yang diklaim para ketum partai itu.

“Semua lembaga survei mengatakan masih lebih banyak yang menolak untuk penundaan pemilu. Kan jadi pertanyaan, lalu suara siapakah yang diklaim para ketum partai. Kalau hanya didasarkan pada subjektivitas mereka ya pada akhirnya tuduhan mengenai oligarki ini kan seperti menjadi benar, gitu, kan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menduga usulan perpanjangan masa jabatan presiden tersebut membawa kepentingan segelintir elite politik untuk memperpanjang kekuasaannya, baik di bangku-bangku kementerian maupun di Senayan. Sebab, ujarnya, apabila pilpres ditunda, akan mempengaruhi jadwal pileg.

“Dan jangan-jangan kemudian akan muncul tuduhan bahwa mereka punya kepentingan juga untuk memperpanjang kekuasaannya. Memperpanjang kekuasaan sebagai menterikah atau misalnya memperpanjang kekuasaan anggota-anggota DPR sebagai bagian dari partai,” katanya.

“Karena kan kita tahu pilpres yang ditunda ini akan menjadi pileg yang ditunda yang menguntungkan mereka juga,” sambung dia.

Yunarto kemudian menyinggung pernyataan Jokowi yang selama ini menolak usulan perpanjangan masa jabatan presiden. Menurutnya, selama Jokowi belum mengeluarkan pernyataan baru, tak salah jika masyarakat melihat bahwa elite yang mengusulkan itu dinilai menjerumuskan Jokowi.

“Catatan kritis keempat, yang bisa kita pegang kan adalah statement Pak Jokowi terakhir terkait isu ini jelas menolak dan mengatakan yang mengutarakan isu ini menjerumuskan dirinya. Selama belum ada statement baru Pak Jokowi, ya, jangan salahkan juga kalau kemudian sebagian masyarakat mengatakan bahwa yang mengutarakan kalimat ini orang yang menjerumuskan Jokowi juga,” katanya.

 

Firda Cynthia Anggrainy – detikNews
Sumber foto: Ari Saputra/detikcom
Sumber berita: https://bit.ly/35sRkxM

Yunarto Wijaya: Layani Kritikan Ketum PSI, Anies Turunkan Kualitasnya

JAKARTA, KOMPAS. TV – Langkah Gubernur DKI Jakarta Anie Baswedan menyaksikan aksi spektakuler Group Band Nidji di Jakarta Internasional Stadion dimaknai sejunlah pihak sebagai sindiran kepada Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha.

Kritikan keras, bertubi-tubi dari Giring, ditanggapi Anies dengan menemui personel group band di mana Giring pernah bergabung sebagai vokalis.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai jika Anies Baswedan sengaja menyindir Giring, maka maka manuver mengundang Nidji adalah langkah yang cerdas.

“Kalau ini sebuah kesengajaan dalam konteks komunikasi memang bisa dikatakan cerdas. Anies Baswedan menggunakan sebuah group band yang dulu Giring ada di dalamnya dan sudah keluar untuk menyindir balik kritikan dari Giring,” kata Yunarto dalam pernyataan video kepada KOMPAS.TV, Selasa (18/1/2022).

Sindiran tersebut, kata Yunarto dapat terlihat dari pernyataan yang dibuat Anies dalam postingan instagramnya.

Namun di sisi lain, Yunarto juga mengkritisi langkah Anies Baswedan tersebut.

Menurutnya dengan membalas sindiran Giring, maka Anies Baswedan tampak terbawa oleh narasi-narasi dari Ketum PSI Tersebut.

“Buat apa seorang Anies Baswedan disebut namanya bisa jadi capres, gubernur DKI Jakarta, kemudian terbawa oleh narasi yg dibuat dan kritikan yang dilakukan oleh seorang ketua umum partai satu koma bahkan tidak mencapai dua persen,” ujar Yunarto.

 

Penulis : Vidi Batlolone | Editor : Gading Persada
Sumber foto: Instagram @aniesbaswedan
Sumber berita: https://bit.ly/3FUzobC

Gibran Respons Hasto soal Pilgub DKI: Saya di Solo Aja

Jakarta, CNN Indonesia — Nama Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka kembali masuk dalam bursa calon Gubernur DKI Jakarta 2024. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyebut Gibran dan Menteri Sosial Tri Rismaharini berpeluang diajukan sebagai salah salah kandidat dari partai berlambang kepala banteng itu.

Hasto menilai keduanya memiliki potensi kuat lantaran memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin di daerah masing-masing. Terkait dengan Gibran, Hasto menyebut ia harus membuktikan keberhasilannya sebagai wali kota Solo.

“Saya di Solo aja. Ngrampungi gawean sik (menyelesaikan pekerjaan dulu). Isih okeh (masih banyak pekerjaan),” katanya usai mendampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Terminal Tirtonadi, Sabtu (8/1).

Selain PDIP, nama Gibran juga muncul dalam survei elektabilitas yang digelar Charta Politika Indonesia. Putra Presiden Joko Widodo itu menempati posisi teratas dengan elektabilitas mencapai 34,8 persen. Jauh meninggalkan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimun yang hanya dipilih oleh 9,3 responden.

Menanggapi survei tesebut, Gibran mengaku tidak pernah melihat survei yang kerap digelar sejumlah lembaga menjelang pemilihan kepala daerah atau presiden.

“Survei opo? saya nggak pernah lihat survei,” katanya.

Ia kembali menegaskan dirinya belum berpikiran untuk menapakkan karir politiknya ke jenjang yang lebih tinggi.

“Kita fokus kerjaan di Solo dulu kita rampungkan sampai tuntas, sampai selesai,” katanya.

Gibran juga enggan menjawab saat ditanya apakah akan melanjutkan jabatan Wali Kota Solo hingga dua periode.

“Mau satu periode, dua periode, itu yang menentukan warga. Yang milih warga,” katanya.

(syd/ain)
Foto: CNN Indonesia/ Rosyid
Sumber: https://bit.ly/3f25iI6

Survei Charta Politika: 40,3 Persen Responden Belum Tahu Pemilu Digelar 2024

TEMPO.CO, Jakarta – Hasil sigi lembaga survei Charta Politika menunjukkan 40,3 persen dari total 1.200 responden mengaku belum tahu pemilihan umum digelar serentak pada 2024. Dari total 1.200 responden yang diwawancarai, sebanyak 59,7 persen di antaranya atau sebanyak 716 orang memang menyatakan telah mengetahui informasi bahwa pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, dan pemilihan kepala daerah akan digelar pada tahun yang sama.

“Namun, sebanyak 484 responden lainnya mengaku belum mengetahui informasi tersebut,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya saat acara peluncuran hasil survei secara virtual di Jakarta, Senin, 20 Desember 2021.

Oleh karena itu Yunarto Wijaya mendorong penyelenggara pemilu untuk menyebarkan informasi terkait dengan pemilu lebih luas kepada masyarakat. “Ini PR (pekerjaan rumah) bagi KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) penyelenggara pemilu,” ujar Yunarto.

Yunarto menuturkan 81,7 persen responden setuju pemilu digelar serentak pada 2024. Namun, 17,3 persen responden lainnya tidak setuju. Menurut Yunarto tingginya jumlah responden yang setuju Pemilu 2024 berbanding terbalik dengan hasil survei menjelang pilkada serentak 2020.

“Ini mungkin berpengaruh pada psikologi orang ketika sekarang merasa Covid-19 sudah mereda, situasi pertemuan online sudah bisa dilakukan, dan tidak berbahaya lagi untuk kumpul pada masa Covid-19, termasuk diselenggarakan pemilu serentak terbesar sepanjang sejarah di Indonesia,” kata dia.

Charta Politika juga menghimpun persepsi publik mengenai wacana menunda pemilu sampai 2027 karena alasan pandemi Covid-19. Mayoritas responden, yaitu 47,6 persen dari 1.200 orang yang diwawancara, tidak setuju pemilu ditunda pada 2027. Namun, ada 20,4 persen responden atau sebanyak 245 orang setuju dengan wacana itu.

Isu pemilu lainnya yang ditanyakan Charta Politika kepada responden perihal wacana perpanjangan masa jabatan presiden sampai tiga periode. Hasil survei memperlihatkan 46,2 persen responden mengetahui wacana perpanjangan itu, sementara 36,4 persen tidak tahu.

Charta Politika mendalami persepsi para responden terkait dengan wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Hasilnya sebanyak 57,9 persen responden tidak setuju terhadap wacana itu, sedangkan 19,8 persen menyatakan setuju.

Reporter: Antara
Editor: Kukuh S. Wibowo
Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Sumber: https://bit.ly/3q8EMlE

Charta Politika: Elektabilitas PDIP Masih Tertinggi, Diikuti Gerindra dan Golkar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Selain merilis elektabilitas sejumlah tokoh nasional, Charta Politika Indonesia juga memaparkan hasil survei mengenai elektabilitas sejumlah partai politik.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, mengatakan elektabilitas tertinggi masih dipimpin oleh PDIP.

“PDIP masih paling tinggi 24,9 persen, Gerinda 13,9 persen, dan Golkar 9,4 persen menjadi pilihan teratas responden,” kata Yunarto dalam rilis survei, Senin (20/12/2021).

Berikut ini hasil survei mengenai elektabilitas partai:

1. PDIP 24,9%

2. Gerindra 13,9%

3. Golkar 9,4%

4. PKB 9,4%

5. PKS 6,5%

6. Demokrat 6%

7. NasDem 4,3%

8. PAN 1,8%

9. PPP 0,8%

10. Perindo 0,8%

11. PSI 07%

12. Hanura 04%

13. Partai Ummat 0,3%

14. PBB 0,3%

15. Gelora 0,2%

16. Partai Berkarya 0,1%

17. Partai Garuda 0,1%

Diketahui, survei Charta Politika digelar pada 29 November – 6 Desember 2021 menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden.

Adapun Margin of Error (MoE) survei sebesar ± 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Penulis: Reza Deni
Editor: Arif Fajar Nasucha
Foto:Tribun News
Sumber: https://bit.ly/3H6H1wR

Survei Charta Politika Indonesia, Elektabilitas PDIP Capai 24,9%

Jakarta, Beritasatu.com – Survei Charta Politika Indonesia merilis elektabilitas PDI Perjuangan (PDIP) mencapai 24,9 persen. Partai Gerinda dan Partai Golkar menyusul di belakang PDIP.

“Pada pertanyaan tertutup, PDI Perjuangan di tempat pertama dengan 24,9 persen, lalu Gerindra dengan 13,9 persen dan Golkar dengan 9,4 persen. Ini menjadi pilihan teratas responden,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, Senin (20/12/2021).

Elektabilitas PDIP mengalami peningkatan dibandingkan survei Charta Politika Indonesia periode sebelumnya. Pada Januari 2021, elektabilitas PDIP mencapai 21,5 persen, menjadi 22,2 persen pada Februari 2021, pada Maret 2021 sebesar 20,7 persen, dan 22,8 persen pada Juli 2021.

Elektabilitas Gerindra menurun setelah sempat mencapai 17,5 persen pada Juli. Elektabilitas Golkar mengalami peningkatan, yakni pada Januari mencapai 7,3 persen, dan sempat turun ke 6,6 persen pada Juli 2021.

Untuk elektabilitas parpol lainnya, urutan keempat PKB dengan 8,3 persen, diikuti oleh PKS dengan 6,5 persen, dan Partai Demokrat dengan 6 persen. Lalu, Nasdem dengan 4,3 persen, PAN dengan 1,8 persen, dan PPP dengan 1,4 persen.

Partai yang meraih elektabilitas di bawah 1 persen ada Perindo (0,8 persen), PSI (0,7 persen), Hanura (0,4 persen), Ummat (0,3 persen), PBB (0,3 persen), PBB (0,3 persen), Gelora (0,2 persen), Berkarya (0,1 persen), dan Garuda (0,1 persen).

Survei dilaksanakan dengan wawancara tatap muka pada 29 November-6 Desember 2021. Total responden survei 1.200 orang dari 34 provinsi di Indonesia. Metode yang digunakan multistage random sampling. Margin of error plus minus 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Oleh : Markus Junianto Sihaloho / CAR
Foto : Antara
Sumber : https://bit.ly/3yG48LD

Survei: Ganjar-Erick Unggul dalam Simulasi Pasangan Capres-Cawapres.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Charta Politika Indonesia melakukan simulasi terhadap tiga pasangan calon presiden dalam survei nasional terbarunya. Diketahui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, tertinggi di sejumlah simulasi.

Pada simulasi pertama, Charta Politika memasangkan sejumlah nama yang sering muncul di pemberitaan. Hasilnya Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil unggul 34,8 persen.

“Peringkat pertama ada Ganjar Pranowo dengan Ridwan Kamil dengan 34,8 persen. Di peringkat kedua, Anies Baswedan dengan AHY dengan 26 persen, dan Prabowo denga Puan Maharani dengan 19,2 persen, tidak tahu tidak jawab masih 20 persen,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya secara daring, Senin (20/12).

Pada simulasi kedua, Ganjar dicoba dipasangkan dengan Erick Thohir, Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Prabowo Subianto dengan Puan Maharani. Hasilnya Ganjar-Erick unggul.

“Masih sama polanya, jadi terangkat nama Ganjar Pranowo, Ganjar dengan Erick Thohir dengan 33,9 persen, Anies -AHY dengan 26,2 persen, dan Prabowo Puan di angka 20, 3 persen dan undecided voters di angka 19,6 persen,” ucapnya.

Pada simulasi ketiga, Ganjar kembali unggul jika disandingkan dengan Sandiaga Uno dengan 36,3 persen. Anies Baswedan dan Airlangga Hartarto di urutan kedua dengan 24,8 persen, dan Prabowo-Puan 18,7 persen.

“Terakhir kita buat simulasi agak berbeda nama yang baru muncul, bisa disebut sbeagai kuda hitam dan ada sebagian di militer, Ganjar Pranowo dengan Andika Perkasa, lalu melawan Anies kita simulasikan berbeda dengan Cak Imin, Prabowo Puan dengan angka paling tinggi Ganjar Pranowo – Andika dengan 33,2 persen, Anies-Cak Imin 23 persen, dan Prabowo Puan dengan 20,8 persen, dan undecide voters 23,1 persen,” jelasnya.

Untuk diketahui survei dilakukan pada periode 29 November – 6 Desember 2021. Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka dengan multistage random sampling. Sebanyak 1200 responden dilibatkan dalam survei kali ini. Sedangkan margin of error survei tersebut 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bayu Hermawan
Foto: Humas Pemprov Jateng
Sumber: https://bit.ly/3J4uD25

Survei: 78,6% Publik Indonesia Puas pada Kinerja Pemerintah Tangani Pandemi

Jakarta, Beritasatu.com- Mayoritas publik Indonesia menyatakan puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam menangani pandemi Covid-19. Hasil survei Charta Politika Indonesia menyebutkan ada 78,6% responden merasakan kepuasan tersebut.

“Penanganan pandemi Covid-19 secara umum dinilai baik oleh responden. Apresiasi responden meningkat jika dibandingkan
dengan survei sebelumnya,” ungkap Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, Senin (20/12/2021).

Secara terperinci sebanyak 6,8% responden menyatakan kinerja Jokowi-Ma’ruf Amin sangat baik atau naik 3,5% dari survei Juli 2021 lalu. Kemudian 71,8% menyatakan baik, naik dari survei Juli lalu 47,9% lalu. Sedangkan yang menyatakan buruk kini turun dari 39,8% menjadi 17,3%.

Untuk pelaksanaan program vaksinasi, berdasarkan survei tersebut menyebutkan masih ada 8% responden yang menyatakan tidak bersedia divaksinasi. Sedangkan yang bersedia divaksinasi ada 87,3%.

Dibedah lebih jauh bagaimana tanggapan publik atas berbagai kebijakan Presiden Jokowi masa pandemi, mayoritas menilai kebijakan berpihak pada kesehatan.

Yunarto menyebutkan, ada 68,6% responden menyatakan kebijakan Jokowi lebih berpihak pada isu kesehatan. Dan hanya 25,3% responden merasa kebijakan Presiden Jokowi berpihak kepada masalah ekonomi di masa pandemi ini.

“Mayoritas responden menilai bahwa kebijakan pemerintah selama masa pandemi lebih berpihak pada masalah kesehatan dibandingkan dengan masalah ekonomi,” kata Yunarto.

Survei Charta Politika dilaksanakan dengan metode wawancara tatap muka pada 29 November-6 Desember 2021. Total responden dalam survei ini sebanyak 1.200 dari 34 provinsi di Indonesia.

Responden dipilih menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error sekitar penelitian ini adalah plus minus 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.

Oleh : Markus Junianto Sihaloho / JEM
Foto: BeritaSatu Photo
Sumber: BeritaSatu.com