Charta Politika: Elektabilitas Ahok-Djarot melesat, Agus-Sylvi turun
Lembaga survei Charta Politika Indonesia kembali merilis hasil survei preferensi politik warga DKI Jakarta menjelang pemilihan gubernur (pilgub) 15 Februari 2017. Survei dilakukan dengan teknik pengumpulan pada 17-24 Januari 2017 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel sebanyak 767 responden yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasilnya, elektabilitas pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok)- Djarot Saiful Hidayat berada di posisi puncak dengan elektabilitas 36,8 persen. Di posisi kedua, cagub-cawagub nomor urut tiga Anies Baswedan- Sandiaga Uno yang cenderung stagnan di angka 27 persen.
Sementara itu, elektabilitas cagub-cawagub nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana Murni cenderung turun dengan 25,9 persen. Sedangkan 10,3 persen pemilih belum menentukan pilihannya.
“Tren elektabilitas Ahok (sapaan Basuki) meningkat tajam dan Agus sebaliknya cenderung turun. Sementara elektabilitas Anies cenderung stagnan,” jelas Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di hadapan awak media, Rabu (1/2).
Menurut Yunarto, tren elektabilitas Ahok-Djarot terus meningkat dibandingkan hasil survei Charta Politika Indonesia sebelumnya pada November 2016. Saat itu elektabilitas Ahok-Djarot berada di angka 28,9 persen. Ini berbanding terbalik dengan elektabilitas Agus-Sylvi yang kian menurun dari hasil survei pada November 2016 yang berada di angka 29,5 persen.
“Suara Ahok meningkat dari undecided voters. Penurunan elektabilitas Agus (disebabkan oleh dukungan) yang beralih ke Ahok,” ucap Yunarto.
Sedangkan elektabilitas Anies-Sandiaga cenderung stagnan di mana pada bulan November 2016 keduanya berada di angka 26,7 persen. Sementara sebanyak 14,9 persen pemilih belum menentukan pilihannya saat itu.
“(Ketika) sidang Ahok dimulai apakah (dinilai adanya) kemunduran. (Namun) pada saat sidang berjalan, ketika diuji lebih lanjut, jalannya sidang tidak membuat (elektabilitas) Ahok menurun,” ujarnya.
Yunarto menuturkan, jika pencoblosan dilaksanakan hari ini, pilgub DKI Jakarta berpotensi terjadi dua putaran. Sebab elektabilitas pasangan calon (paslon) belum ada yang mencapai 50 persen plus satu.
“Hal ini menunjukan, seandainya pilkada gubernur DKI Jakarta dilaksanakan hari ini, berpotensi terjadi dua putaran. Karena perolehan elektabilitas masing-masing calin masih di bawah 50 persen plus satu,” kata dia.
Merdeka.com
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!