Charta Politika: Pilkada DKI Pertarungan Emosi dan Rasio
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia menyebut pilkada DKI Jakarta sebagai pertarungan antara sisi emosional dan rasional. Sebab, ada dua kubu pemilih yang sangat menonjol perbedaannya.
Yunarto menyebut tingkat kepuasan terhadap pasangan inkumben yang tinggi biasanya diikuti dengan tingginya elektabilitas. Namun hal ini tidak terjadi pada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat. “Ada faktor primordial, faktor karakter Ahok yang kemudian membuat elektabilitas Ahok tidak setinggi tingkat kepuasan,” kata dia di kantornya, Sabtu, 15 April 2017.
Menurut Yunarto, ketidaksukaan pemilih terhadap karakter Ahok lantas dimanfaatkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Di mata masyarakat, pasangan ini dinilai ramah, santun, dan terlebih memiliki agama yang sama dengan mayoritas masyarakat Jakarta.
Ahok, kata Yunarto, walaupun karakternya tidak sebaik Anies-Sandi tapi kinerjanya menjadi faktor yang menguatkan. “Itu yang menurut saya bisa jadi tema pilkada kali ini. Pertarungan sisi emosi dan rasional,” ujarnya.
Yunarto mengatakan meski kebanyakan pemilih Jakarta sangat rasional, tapi sisi emosional tak bisa dinafikkan. Di negara maju seperti Amerika Serikat pun, sisi emosional masih bisa mempengaruhi.
Ia mencontohkan adanya penentangan terhadap Barack Obama oleh beberapa masyarakat. Selain itu juga ketidaksukaan terhadap terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika. “Faktor ketidaksukaan terhadap Donald Trump bukan karena programnya, tapi gaya bicaranya, karakternya.”
Yunarto berkesimpulan bahwa faktor emosional sangat wajar ada di setiap pemilihan. Menurut dia, faktor ini bisa menjadi parameter sikap asli para pemilih. “Kita bisa menguji apakah pemilih di Jakarta semi rasional atau apakah memang semua sudah rasional.”
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!